Oleh: Syukron Makmun
Mahasiswa Prodi Manajemen UNU Jogja
Penyebaran virus Corona tipe Covid 19 ialah teror terbaru bagi kehidupan umat manusia, seperti layaknya pandemi yang terekam sepanjang sejarah, ia datang dengan membawa kabar menakutkan meski tidak garang dengan penuh letusan, tetapi jelas mematikan.
Korban jiwa mungkin sebagian angka kecil ketimbang pengidapnya atau populasi manusia. Namun, kecepatan penyebarannya terbukti luarbiasa dan di luar dugaan. Melintas batas geografis, etnik, gender, kelas sosial, jabatan, dan agama.
Dari sekian banyak upaya, sebagian besar upaya pencegahan yang disarankan sangat berkaitan dengan budaya sekolah. Budaya kebersihan diri dan lingkungan sekolah berperan vital dalam situasi darurat yang luar biasa saat ini.
COVID 19 telah berhasil membersihkan bukan hanya lingkungan sekolah, bahkan isi kelas sekaligus. yang menarik kemudian bukan karena corona telah mengosongkan kelas, tetapi sisi lain dari wabah global ini memberikan kesadaran bagi semua, hingga memunculkan optimalisai pembelajaran dengan cara dalam jaringan (daring) kemudian melahirkan CORO-NICE LEARNING. Yaitu, pembelajaran berbasis rumah di bawah bimbigan guru dan orang tua.
Dari sini, home education/pendidikan rumah menjadi momentum yang melibatkan pengawasan orang tua sesungguhnya terhadap anak-anak. Peran orang tua juga menjadi menjadi salah satu kunci suksesnya pendidikan. Pasalnya, komunikasi yang terbangun antara orang tua dan guru juga bisa menjadi penyebab tumbuhnya semangat dan antusiasme belajar anak-anak.
Dalam islam, pentingnya peran keluarga dalam menentukan kepribadian anak termasuk pendidikannya juga menjadi salah satu pandangan serius, sebagaimana disebutkan dalam hadis Rasuluah SAW.
”Setiap anak di lahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yag menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi (HR. Muttafaq ‘alaih).
Sebagian ulama menafsiran Fitrah yang di maksud adalah potensi, baik itu akal (‘aql) hati (qalb) dan jiwa (nafs) yang di bentuk melalui pola asuh kedua orangtua sendiri.
Home education sendiri menurut Eko Harsono dalam artikelnya bukan berarti memindahkan kurikulum sekolah ke rumah atau menyulap rumah menjadi sekolah. Namun sebagai mana cara unik yang dilakukan oleh salah satu sekolah di kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Menerapkan beberapa tips yang melibatkan orang tua dalam peroses belajar di rumah: (1) Materi belajat lewat HP orangtua; (2) Guru dan orangtua laporkan hasil belajar (3). Variasi tugs siswa; (4) Belajar sesuai jadwal sekolah; (5) Portofolio iswa di tugas WA. (Dikutip dari kompas.com).
Artinya kiat-kiat dalam ruang pendidikan dituntut untuk dewasa dalam mengembangkan ide yang solutif diantara merebaknya pandemi COVID19 ini. Karenanya menyikapi bencana global ini—meski sulit untuk mengendalikan dugaan agar tetap positife thinking—menjadi penting untuk tetap menjaga situasi psikis agar tidak malah berakibat terhadap perusakan mental.
KH. Fahmi Amrullah Hadzik menyampaikan dalam khutbahnya tentang pentingnya berpikir positif, berprasangka yang baik, atau husnudzon.
Baginda nabi bersabda “Seutama-utama amal adalah berprasangka baik kepada Allah dan berprasangka baik kepada hamba-hamba Allah."
Di dalam hadis qudsi, Allah berfirman, “Aku (Allah) sesuai dengan prasangka hamba-Ku terhadap Aku.”
Artinya, ketika seorang hamba itu berprasangka baik kepada Allah maka Allah pun membenarkan dan merealisasikan kebaikan-kebaikan yang ada di dalam prasangka seorang hamba. Tetapi sebaliknya, ketika seorang hamba itu suudzon, berprasangka buruk kepada Allah maka Allah pun membenarkan dan merealisasikan keburukan-keburukan yang ada dalam prasangka hamba tersebut.
Tetap waspada Corona, mawas diri agar tidak tertular olehnya, dengan melakukan saran saran yang sudah di anjurkan oleh pemerintah dan pemangku kepentingan teekait. Tak usah khawtir yang berlebihan, stay safe.