Pada Senin, 8 Februari PMII UNU Yogyakarta kembali menggelar forum diskusi mingguan. Kali ini mengangkat tema “Beragama dan Berbudaya”. Kegiatan ini digelar sekaligus dalam rangka refleksi harlah NU ke 95 yang jatuh pada 31 Januari 2021. Latar belakang tema diskusi tersebut sebagai refleksi gerakan PMII sebagai bagian dari kaum muda Nahdliyin yang punya semangat aktualisasi islam rahmatan lil alamin.
Dengan semakin maraknya intoleransi dan kekerasan di Indonesia tentunya kita harus memahami dan mampu membedakan islam sebagai ajaran, kebudayaan, maupun politik hasil produksi kekuasaan. Diskusi yang diselenggarakan via online ini diikuti oleh warga PMII UNU Yogyakarta maupun peserta diskusi dari eksternal.
Gus Mustafid yang didaulat menjadi narasumber dalam diskusi dalam acara tersebut mengawali dengan mengajak seluruh audien untuk bersama-sama mendoakan para sesepuh, guru, maupun pendiri NU, dan mengapresiasi kegiatan yang diselenggarakan PMII UNU Yogyakarta serta terus memotivasi agar terus menyelenggarakan kegiatan diskusi secara intens dengan tema-tema menarik lainnya.
Beliau menyampaikan bahwa beragama dan berbudaya merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dan harus berjalan beriiringan. Saling berkolaborasi demi menciptakan peradaban yang maju bagi seluruh umat manusia. Prinsip dari kebudayaan adalah tidak terlepas dari urusan keagamaan, begitupun sebaliknya.
“Budaya merupakan cara manusia untuk bertahan hidup dan menyelesaikan masalah hidup umat manusia. Budaya lahir untuk proses manusia dalam menjalankan syariat keagamaan. Ajaran agama akan menjadi lebih kuat dan kokoh jika mempunyai relasi yang baik dengan kebudayaan masyarakat setempat”.
Lebih lanjut beliau juga memaparkan bahwa budaya terus mengalami tranformasi. Salah satunya budaya yang bercampur dengan iklim modernism yang banyak dipengaruhi oleh ideologi paling dominan di dunia saat ini seperti ideologi kapitalisme yang masuk ke dalam setiap budaya masyarakat sehingga banyak kebudayaan yang terkooptasi oleh kepentingan pasar yang berbasis material.
Gus mustafid juga mendorong supaya kita jangan terjebak pada sebatas konsumen kebudayaan namun harus terlibat aktif dalam hal kepeloporan dan inovasi kebudayaan. “Kebudayaan bukan hanya warisan masa lalu, bukan hanya tentang menjaga warisan, tapi harus diiringi dengan inovasi kebudayaan. PMII harus mampu menjadi pelopor dan innovator kebudayaan, bukan hanya menjadi konsumen kebudayaan. Inilah yang harus disikapi oleh PMII sebagai sebuah tantangan. Perlu kita identifikasi tradisi masyarakat lokal dan terus merefleksikan budaya asli yang genuine untuk bisa memenangkan pertarungan dengan tradisi yang berbasis material atau kepentingan pasar”.
Kontributor: Adin Muhammad