-->
Masa Muda, Harapan dan Apatisme Kehidupan
Masa Muda, Harapan dan Apatisme Kehidupan

Masa Muda, Harapan dan Apatisme Kehidupan

 

Aku selalu bilang bahwa hidup bukanlah sebuah perlombaan, ia mengalir selayaknya air yang jatuh dari ketinggian menuju titik terendah tanpa adanya sebuah rencana. Tetapi, bukan berarti hidupmu tidak punya tujuan dan rencana mau kamu apakan hidupmu. Masa muda dan harapan seolah menjadi paket lengkap yang ada di setiap insan untuk mencari siapa jati dirinya. Beberapa dari kita beranggapan bahwa masa muda harus diisi dengan sesuatu yng bermanfaat, sesuatu yang dapat memberikan impact dan dampak besar dalam kehidupan di masa depan. Tapi kita lupa bahwa harapan atau impian kita tak selalu berjodoh dengan ekspektasi yang telah direncanakan sedemikian rupa. 

Alhasil rasa kecewa, marah, dan kesulitan mengontrol diri yang terkadang memenuhi di balik celah jiwa kita yang kosong. Tak sempat berpikir jernih lalu kamu berteriak dalam remang kesunyian dan berkata "Mengapa hidup tidak adil? Mengapa harus saya yang harus menelan kekecewaan dalam panggung kehidupan ini?" Kemudian kamu putus asa, acuh tak acuh, dan tanpa kamu sadari apatisme mulai merecoki dirimu. Kamu seakan tidak peduli dengan apa dan yang akan terjadi. Hidupmu hampa. Satu kalimat tiba-tiba terbersit dalam benakmu "Aku Kesepian". Tak ada yang bisa kamu menangkan sekalipun itu dalam hal urusan asmara, kamu selalu gagal dalam percintaan, gebetanmu jalan dengan orang lain dan kamu mengetahui hal itu. Sungguh kehidupan mana yang tak ingin kamu taklukan, bahkan lautan dalam sekalipun kamu  berani untuk menaklukannya, tapi sayang hal itu hanyalah euforia dari kebahagiaan hayalan sesaat karena nyatanya kamu memang dipecundangi dunia.

Sampai di titik ini, dari semua segi kehidupan tak ada yang bisa diharapkan untuk kamu menangkan. Terpuruk. Ya, hanya itu yang bisa kamu rasakan, semua energi titik semangatmu dalam menjalani hari telah terkuras. Kamu lelah bersandar di tembok. "Solusinya apa?" Tiba-tiba benakmu bertanya. 

Pertanyaan simple namun tak bisa langsung kamu jawab. Kamu harus memojokkan diri di sudut kamar sambil menatap kosong keluar jendela atau paling tidak kamu menangis dalam kesunyian. Esok harinya, kamu menjalani hari-hari dengan hampa. Kegelisahan, keresahan, dendam kepada dunia yang menurutmu sangat konyol, dan perkuliahan yang bagimu tak lebih dari sekedar mengisi waktu luang, serta teman-temanmu yang kamu anggap tak akan mengerti permasalahanmu. Lalu kamu berpikir dari semua kegagalan yang telah dilewati, otakmu menciptakan pertanyaan sederhana namun dalam. "Apa sih yang kamu kejar?" 

Lantas kamu berpikir bahwa saya yang menulis tulisan kacau ini sedang mengolok-olokmu? Tentu saja iya. Maksudku, aku menulis ini hanya untuk memuaskan egoku saja dalam getirnya kehidupan. Karena apa? Ya karena kita bukan siapa-siapa di dunia ini. Bahkan, dunia akan baik-baik saja, orang-orang akan tetap beraktivitas seperti biasa dan tertawa, serta matahari akan tetap bersinar sekalipun kamu menggantung dirimu di toilet bintang lima. Memang hidup ini tak adil, tapi apakah kamu tidak ingin berdamai dengan ketidak adilan? Saya pikir jika hidup sebercanda ini kenapa tidak kamu becandain balik. 

Berdamai dengan ketidakadilan bukan berarti kita mengaku kalah terhadap dunia apalagi semesta raya. Tapi ini merupakan salah satu cara agar hidupmu bisa bertahan setidaknya untuk beberapa saat sampai kamu menemukan sesuatu di dirimu yang bikin kamu bisa ngelawan kegetiran ini. 

Kemudian solusi apa yang paling efektif yang saya tawarkan kepada tuan dan puan sekalian atas permasalahan ini? Jawabannya adalah tidak ada. Kenapa? Karena itu hidupmu kamu menjadi pemeran utamanya dan aku yakin kamu tau apa yang harus kamu lakukan. Selama kamu yakin bahwa kamu manusia hidupmu tidak akan pernah sia-sia (wa ma khlakta hada batila).

    Oh iya satu lagi, judul dan isi emang nggak konsisten :)


Penulis | Mauladi Pratama | Editor | Hanif Pratunggal


Baca juga: