Menjelang pelaksanaan pemilihan Ketua dan Wakil Ketua BEM dalam Rangkaian Pemilu Raya 2020, Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM) menggelar pemaparan visi misi oleh pasangan calon (Paslon). Acara tersebut digelar di Loby Kampus Utama UNU Yogyakarta Senin siang (13/1).
Menurut jadwal yang sudah ditentukan dalam Pemilu Raya, seharusnya pada waktu tersebut adalah momen debat Paslon. Namun karena dalam Pemilu Raya kali ini hanya ada satu Paslon, maka acara diubah menjadi pemaparan visi-misi Paslon.
Dalam acara tersebut mahasiswa yang hadir dipersilahkan untuk bertanya dan menanggapi visi-misi yang disampaikan oleh paslon. Ada yang menarik dalam sesi Tanya jawab tersebut. Alih-alih menanyakan visi-misi dan program yang akan diusung oleh Paslon, beberapa mahasiswa justru mempertanyakan kinerja KPUM. Salah satu diantara mahasiswa itu adalah mahasiswa angkatan 2019 yang akrab disapa Inong. Pada kesempatan itu, Inong mempertanyakan sistem pemilihan yang dipakai oleh KPUM.
“Saya mau menanyakan metode apa ini yang dipakai oleh KPUM? Sudah jelas ini paslon cuma satu, buat apa repot-repot sampai seperti ini dan ujung-ujungnya hanya melawan kotak kosong?” kata Inong.
Pertanyaan itu disusul oleh Wahyu Rozi, mahasiswa Prodi Manajemen angkatan 2019 yang menanyakan profesionalisme KPUM.
“Saya menanyakan posisi KPUM. KPUM tidak punya hak mengakomodir massa seperti ini hanya untuk mendengarkan visi misi dari paslon,” tegas Wahyu.
Menanggapi kedua pertanyaan tersebut, Yusriyanti selaku Ketua KPUM menyatakan bahwa Pemilihan melawan kotak kosong ketika paslon tunggal sudah menjadi kesepakatan hasil kongres KBLM.
Adapun KPUM yang memfasilitasi Paslon untuk memaparkan visi-misi oleh Yusri dinyatakan bukan sebagai bentuk tidak netralnya KPUM. KPUM hanya memfasilitasi Paslon mengingat Paslon tunggal. Sehingga tidak mungkin untuk dilakukan debat antar paslon.
Namun demikian, Inong menyatakan bahwa informasi dari kpum tidak maksimal.
"Kalau hanya lewat grub banyak temen-temen yang tidak tahu karena sering kali di grup pesannya tertimbun. Itu kita punya mading malah tidak dimanfaatkan. Harusnya di situ juga ada info pemilu". Pungkasnya.
Namun demikian, Inong menyatakan bahwa informasi dari kpum tidak maksimal.
"Kalau hanya lewat grub banyak temen-temen yang tidak tahu karena sering kali di grup pesannya tertimbun. Itu kita punya mading malah tidak dimanfaatkan. Harusnya di situ juga ada info pemilu". Pungkasnya.