-->
Gelar diskusi dan Launching "Jejak"
Gelar diskusi dan Launching "Jejak"

Gelar diskusi dan Launching "Jejak"


Minggu 25/09/22, Lembaga Pers Nusa (LPM Nusa) mengadakan Launching Bulletin Jejak edisi 01 dan diskusi dengan Tema “Pers dan kelisanan sekunder di era disrupsi media”.

Launching bulletin yang berlangsung di pendopo kampus tersebut dihadiri oleh berbagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Himpunan mahasiswa jurusan (HMJ) maupun Mahasiswa baru yang memang tertarik pada tema-tema seputar Pers dan media. 

Hanif, selaku pimred jejak menyampaikan bahwa bulletin perdana tersebut pada awalnya sebenarnya berencana akan mengangkat tema yang lebih partikular dan mendalam seputar efektivitas pembelajaran online di kampus, hanya saja dengan berbagai pertimbangan crew redaksi jejak mengganti tema dengan topik yang lebih general agar dapat dikonsumsi oleh setiap lini atau pun kalangan. 

"Awalnya jejak edisi pertama akan mengangkat tema seputar kuliah online dan efektivitasnya di kampus UNU Jogja" Ujar Hanif. 

Ach. Nurul Luthfi, Pimpinan umum Lembaga Pers Arena (LPM Arena) 2020-2021 mengafirmasi keputusan dan manuver dari teman-teman redaksi jejak dengan perubahan dan pengambilan tema tersebut, sebab menurutnya jika tema seputar kuliah online di kampus UNU Jogja yang diangkat. Maka, ia hanya menjadi konsumsi mahasiswa UNU saja. 

"Justru menurut saya lebih bagus, dan lebih luas tema ini jangkauannya," Jelasnya. 

Hal senada juga disampaikan oleh pemateri pertama Hartanto Ardi Saputra, dari Aliansi Jurnalis Independen Yogyakarta (AJI) bahwasanya tema tersebut menarik untuk edisi pertama bulletin jejak, meskipun ia mengakui tema tersebut bukanlah tema yang ringan, karena ada banyak muatan yang harus disampaikan dan tidak mungkin bisa selesai saat itu juga. 

"Tema ini berat apalagi jika harus berbicara tentang disrupsi media, ini memerlukan pengamatan yang panjang dan rigit tentang media," Ungkap Hartanto . 

Sosok yang akrab disapa Rimba tersebut juga banyak menyampaikan konsepsi tentang media, mekanisme peliputan dan perbedaannya antara tempo dulu dan hari ini. Menurutnya ada banyak perbedaan yang menganga dalam hal membuat berita. Hari ini katakanlah jika terjadi peristiwa gunung erupsi maka yang turun hanya satu wartawan saja untuk kemudian dimasak menjadi beberapa berita untuk media cetak, online dan audio visual. Yang tentu saja dalam hal ini pasti akan ada penyorasi pada muatan fakta dan lainnya. 

"Kalau dulu ada kasus gunung erupsi, maka wartawan akan terjun langsung dan fokus membuat satu berita untuk media cetak saja, makanya berita dulu muatannya dalam (deep)," Jelasnya. 

Namun, di samping problem kompleks media yang terjadi hari ini menurutnya hari ini algoritma google juga semakin cerdas dalam menghadapi media yang asal kopas dan plagiasi. Banyak media Pers yang hidup dari adsense yang hal ini bisa menjadi salah satu solusi alternatif untuk LPM Nusa bisa lebih independen dari kampus. 

"Tapi harus tetap ingat, bahwa Pers bukan di komersialnya. Tapi, yang terpenting di distribusi wacananya," Pesan rimba. 

Acara tersebut selesai pada jam 12:00 WIB, yang ditutup dengan pemberian cendramata dan bingkisan dari panitia lalu dilanjutkan dengan foto bersama oleh seluruh peserta.*() 


Penulis : Yuda

Editor   : Lailis



Baca juga: