-->
Diskusi Film "ASA" Merdeka dari Kekerasan
Diskusi Film "ASA" Merdeka dari Kekerasan

Diskusi Film "ASA" Merdeka dari Kekerasan

Foto: Materi sesi I

LPM NUSA, 20 Mei 2023 ─ Pusat Studi Kependudukan dan Kesejahteraan Keluarga menggelar acara Nobar dan bedah Film "ASA". Kali ini, PUSDEKA bekerja sama dengan klinik k2 Plus UNU Yogyakarta,  bedah Film tersebut mengangkat tema “Merdeka dari Kekerasan Seksual”.

Pembahasan tentang langkah yang tepat atas penanganan kasus kekerasan seksual diawali dengan ulasan film pendek produksi Rifka Annisa. Film berdurasi 21 menit yang mengangkat kisah nyata dari perempuan penyintas kekerasan seksual ini mengajak penonton untuk berpihak pada penyintas. Budi Wulandari, S.Psi sebagai salah satu pembedah  dalam diskusi tersebut, menyebutkan beberapa catatannya terkait film “Asa”. Pertama, pentingnya dukungan keluarga dan orang-orang sekitar terhadap penyintas. “Kita tidak bisa melihat korban selamanya sebagai orang yang bodoh atau tidak berdaya,” kata Wulan. Ia menambahkan, dukungan dari keluarga dan orang-orang di sekitar penyintas dapat membantu penyintas dalam mengambil keputusan-keputusan selanjutnya dalam hidup mereka. Kedua, edukasi masyarakat mengenai pentingnya consent (persetujuan) secara verbal sebelum melakukan hubungan seksual (Edukasi seks). 

Foto: Sesi Tanya-Jawab

Ketiga, waspada terhadap pasangan yang merekam gambar hubungan seksual, karena berpeluang terhadap tindak kriminal berupa penyebaran video tersebut melalui internet. Sejumlah catatan tersebut mendorong Wulan untuk menawarkan solusi berupa penguatan edukasi tentang kesetaraan gender di Kampus. 

Sementara, pembedah kedua yakni Hanif Muslim, menjelaskan bahwa film “Asa” adalah sebuah Film yang dapat dijadikan sebagai solusi Alternatif untuk jalan keluar bagi korban kekerasan seksual" 

"Film ini ingin memperlihatkan bagaimana sosok Shinta (korban kekerasan seksual) mengalami kondisi titik terendahnya yakni kehilangan harga diri dan kewarasannya, dan bagaimana kemudian tokoh Shinta berhasil merebut kembali kewarasan dan harga dirinya, melalui dukungan dari keluarganya" Ungkap Hanif.

Ia menambahkan, bahwa dari sekian sebab yang menjadi asal mula kekerasan seksual tidak lain salah satunya adalah disparitas dalam melihat sesuatu. "jika kita melihat yang lain sebagai bagian dari diri kita masih tersisa kah keinginan untuk mendominasi atau melecehkannya," Tambahnya. 

Kesadaran akan tindak kekerasan seksual perlu terus digalakkan. Oleh karena itu, PUSDEKA dan Klinik K2 Plus menyediakan kanal untuk melaporkan tindak kekerasan seksual bagi seluruh Mahasiswa UNU Yogyakarta.(*) 


Penulis | Yuda | Ibrahim

Baca juga: