-->
Serba-serbi Ordal dan menjadi Profesional hub Personality
Serba-serbi Ordal dan menjadi Profesional hub Personality

Serba-serbi Ordal dan menjadi Profesional hub Personality

Mendengar kalimat “orang dalam” apa yang muncul dibenak kalian? Merasa itu adalah sesuatu haram atau sedang berfikir bahwa itu mitos di dunia kerja. 

Bagi kalian yang ingin mendapatkan tempat bekerja di kantoran, pasti tidak asing lagi dengan istilah orang dalam. Mencari kerja akhir-akhir ini memang tidak begitu mudah. Rasanya jobseeker  (pencari kerja) saat ini mengalami kebingungan. Ingin melamar kerja di perusahaan tapi masih muncul pertanyaan dan keraguan, apakah saya bisa diterima? Sedang saya tidak punya akses orang dalam yang bisa dimintai bantuan.

Berbicara  melamar kerja lewat jalur orang dalam, mungkin sebagian orang mematahkan simbol profesionalisme di profesi apapun. Bagian ini juga diafirmasi oleh buku "Career Fear (and how to beat it)" yang ditulis Somi Arian. Tidak sedikit orang yang takut karirnya terhambat. Ketakutan ini lebih pada merasa takut gagal, takut ditolak dan takut mengambil risiko(halaman berapa?). Artinya orang yang menggunakan akses orang dalam dia mengalami ketakutan karirnya terhambat. Ya, bisa jadi!

Rasa takut itulah yang membuat pelamar menggunakan cara alternatif untuk lebih memperbesar kemungkinan diterima. Tentu tidak ada yang mau disebut penggangguran, bangun usaha juga susahnya minta ampun, sedangkan tanggungan untuk menghidupi adek dan orang tua kian menjadi pemacu. Maka, tidak heran jika banyak loker bodong yang bentuknya penipuan. 

Kalau begitu melamar kerja pake jalur orang dalam tidak profesional dong mas? Karena ragu sama kompetensi yang dimiliki. Eits sebentar jangan terlalu cepat berkesimpulan. Mari lihat makna orang dalam lebih komprehensif.

Keterampilan hidup kian menjadi kunci untuk sukses. Keberadaan praktek melamar jalur orang dalam menjadi sebuah realita yang tidak bisa terbantahkan. Di lapangan banyaknya jalur tersebut ibarat pipa air nih, mereka sudah tersambung dengan kokoh begitu panjang. Pertanyaannya sekarang, bagaimana cara para pencari kerja khususnya mahasiswa agar punya koneksi orang dalam. Ini tidak diajari di kelas sama dosenmu tho.

Apa bedanya orang dalam dan orang titipan?

Kedua istilah ini kadang disamakan oleh sebagian orang padahal dalam prakteknya keduanya jelas berbeda. Menurut KBBI, orang dalam berarti seseorang yang berada di dalam suatu lingkungan pekerjaan, golongan atau komunitas. Sedangkan titipan berarti sesuatu yang dititipkan dan atau diamanatkan. 

Orang titipan bersifat lebih mengikat dibandingkan orang dalam. Maka dari sini bisa diartikan orang titipan bersifat mengikat pada seseorang yang dititipkan. Ibarat menitip suatu barang, kita akan memberikan uang sesuai harga barang yang akan dibeli. sedangkan orang dalam diibaratkan memesan suatu barang tanpa memberikan uang diawal. Barang itu bisa tidak kamu beli karena kehabisan uang. Semoga kamu paham bolo!

Beberapa perbedaannya, Pertama orang dalam hanya memberikan informasi lebih luas tentang suatu lowongan kerja sedangkan orang titipan memberikan jaminan berupa upah atau garansi agar jobseeker lolos seleksi. Kedua, orang dalam tetap melihat kualitas jobbseeker dengan menjalani serangkaian tes, sedangkan orang titipan secara otomatis langsung diterima. Ketiga, orang dalam didapat dari pertemanan yang telah terjalin dengan baik, sedangkan orang titipan dilakukan secara transaksional meskipun tidak saling kenal.

Bagaimana cara mahasiswa membangun akses orang dalam?

Cara ini sebenarnya juga bisa untuk fresh graduate yang masih nganggur. jawabannya hanya satu, yaitu menjalin komunikasi dan interaksi sesuai profesi yang diminati. Gampang tho. Hanya saja tidak semua para pencari kerja atau mahasiswa paham bagaimana caranya berkomunikasi yang aktif dengan orang yang tepat, kemudian media apa yang cocok, dan bagaimana mengkomunikasikan kemampuan yang kamu miliki. Bisa dimaklumni karena dikelas tidak diajari ini kecuali kamu aktif berorganisasi. Saya tidak tahu apa alasannya mungkin ini dianggap hal yang tidak bermoral.

Nah satu diantara yang cocok untuk membangun koneksi yang relevan adalah media profesional LinkedIn. Ini tempat banyak profesional lintas bidang profesi membangun personal branding yang aktif. Bisa belajar banyak  hal, terjalin dengan banyak ahli, dan kesempatan kerja terbuka. Asal kamu punya kualitas. Selebihnya kamu bisa cari referensi sendiri di google.

Apapun itu, Profesional hub Personality yang akan menentukan slip gaji kalian

Menggunakan akses orang dalam sehebat apapun, kepribadian profesional yang kamu miliki akan menentukan angka pada slip gaji setiap bulannya. Karyawan yang profesional tidak bisa dicapai dalam hitungan tahun melainkan menjalani proses panjang terus-menerus. Untuk menjadi pribadi profesional lebih relevan jika merujuk pada nilai luhur kepemimpinan Rasulullah SAW yaitu Sidiq, Amanah, Tabligh, dan Fathonah.

Selain itu, akhlaq (attitude) sikap yang selalu diajarkan oleh nabi akan tetap kontekstual dengan dunia kerja saat ini. Kemampuan yang adaptif, kerjasama tim, pemikiran yang kreatif-kritis, dan mampu menggunakan teknologi terkini.  Hal penting lainnya yang tidak boleh kamu lupakan bahwa pribadi yang profesional tidak gampang baperan, overthingking atau  cepat rapuh. Kena tekanan sedikit sudah mau resign. Tidak apa-apa juga sih langsung resign, yang penting kamu punya orang dalam untuk pindah ke tempat kerja yang lebih bagus.

Maka kesimpulannya, orang dalam hanya memberikan “rekomendasi/referensi” pada jobseeker agar diterima kerja bukan “penjamin” sedangkan pribadi profesional itu bentuk pertanggungjawaban atas jobdesk yang kamu emban. Karena ketika kamu kerja (sudah masuk perusahaan) tittle orang dalam ataupun bukan, sudah tidak penting lagi. tetapi jadi pribadi yang terpercaya dan dapat diandalkan adalah modal utama dalam menjalankan Amanah yang sudah diberikan pada kita.


Syaiful Syabab, seorang Tax Accountant Alumnus UNU Yogyakarta, konten kreator keuangan pribadi karyawan dan pendidikan karir di LinkedIn @syaifulsyabab


Baca juga: