-->
Diskusi dan Peluncuran Film sisi lain Pariwisata Yogyakarta
Diskusi dan Peluncuran Film sisi lain Pariwisata Yogyakarta

Diskusi dan Peluncuran Film sisi lain Pariwisata Yogyakarta

LPM NUSA - Lembaga Bantuan Hukum Yogyakarta (selanjutnya ditulis LBH Jogja) menggelar peluncuran film dan diskusi yang mengusung tema "Sisi lain Pariwisata Yogyakarta" di pendopo Nde Luweh Kotagede. Diskusi dan peluncuran film yang dimulai pukul 15.00 tersebut dibuka untuk umum dan gratis kopi.

Menghadirkan tiga pemantik yaitu Era Hareva dari LBH Jogja, Elanto Wijoyono pegiat sosial dan Supriyati selaku pedagang kaki lima (PKL) Malioboro diskusi berlangsung dengan beragam perpekstif.

Diskusi sore itu dimulai dengan pemutaran film, lalu dilanjutkan dengan penuturan data dari Supriyati. Perempuan yang akrab disapa Upi tersebut menceritakan pengalaman dan perjuangannya selama proses re-lokasi PKL di Malioboro.

Dimulai dari para PKL yang harus pindah dan meninggalkan lapaknya secara paksa dengan dalih pembangunan. Perjuangan dalam menghadapi Pemda DIY yang memilih menjadi batu yang tuli di hadapan suara dan jeritan para PKL yang menolak untuk pindah ke teras Malioboro.

Upi juga meceritakan ikhwal penurunan pendapatan yang signifikan dari hasil penjualan setelah dipindah ke teras Malioboro.

"Masih mending, lokasi jualan Abah mendapatkan tempat yang paling luar, kalau yang dapat lokasi di dalam menangis saya membayangkannya, karena sepi dari pengunjung tempat yang pengap dan ketika hujan airnya menjadi genangan selain seringkali menyulitkan para pedagang hal itu juga akan membuat pengunjung tidak tahan lama". Tuturnya

"Bahkan, terkadang dalam rombongan  keluarga hanya satu saja (perwakilan) yang masuk untuk memesan selebihnya hanya menunggu saja di luar," Tambahnya.

Upi juga mengungkap bahwa telah terjadi pembengkakan dalam jumlah lapak jualan yang disepakati selama proses re-lokasi. Di  awal sudah dikatakan bahwa tidak akan ada penambahan terkait lapak (stand jualan). Tapi, tetap saja pembengkakan terjadi bahkan hingga mencapai jumlah 923 anehnya dari jumlah 932 tersebut banyak pedagang baru tidak dikenal yang tak diketahui dari mana rimbanya.

Upi juga mensanksikan ikhwal PKL yang berada di bawah naungan Dinas Budaya yang realitanya (Dinas Budaya) tidak ada tupoksinya sama sekali ke dunia perdagangan.

Pada materi selanjutnya, tidak jauh berbeda Era Hareva juga mengkonfirmasi masalah yang sama pada re-lokasi PKL Malioboro, Menurutnya pengusiran yang dilakukan Pemda DIY juga tidak didasarkan pada hukum yang jelas. 

"Bahkan, pemindahan ke teras yang sudah terjadi hari ini juga belum ada dasar hukumnya sama sekali, jadi masih memungkinkan dipindah kembali jika sewaktu-waktu ada kepentingan," ungkapnya.

"Setiap kali LBH hendak mengungkap dan mengklarifikasi masalah ini pihak terkait selalu membenturkan dengan kesultanan, tidak terbukanya Pemda hal itu telah membuat sulit LBM untuk mengakses data" Tambah Era.

Sedangkan pada bagian perpekstif sosial  Elanto Wijoyono pria yang sempat membuat geger Jogja dengan aksi nekat hadang rombongan bus pariwisata. Memberikan landskap, geo-politik, perubahan World Heritage UNISCO, dan dampak sosial dari perhotelan yang semakin mengekslusi penduduk lokal.

Usai sesi tanya jawab dan diskusi acara tersebut dilanjutkan dengan makan bersama dan sharing-ringan antar peserta.*()


Penulis : Ibrahim                                                  Editor   : Hanif Pratunggal



Baca juga: